Sunday, May 10, 2009

NPL Gross Perbankan Sentuh 7% di Akhir 2009

Posisi net performing loan kotor (NPL gross) perbankan nasional diperkirakan bakal menyentuh angka 7% di akhir 2009. Kinerja bank-bank BUMN bakal ikut terkena imbas.

"NPL gross diprediksikan akan sampai di posisi 7%," ujar Ekonom Kepala The Indonesia Economic Intelligence (IEI), Sunarsip, dalam Overview Kinerja BUMN di Kantor IEI, Tebet, Jakarta, Minggu (10/5/2009).

Menurut Sunarsip, peningkatan posisi NPL gross tersebut terutama disebabkan banyaknya eksposure kredit bank-bank pada kredit jangka panjang. "Peningkatan NPL industri perbankan potensinya karena bermain di kredit jangka panjang seperti kredit konstruksi dan industri manufaktur yang berbasis di ekspor," jelas Sunarsip.

Angka yang disebut Sunarsip lebih tinggi dari NPL gross perbankan di 2008 yang sebesar 4% ataupun NPL net 2008 yang sebesar 1,5%. Bank Indonesia (BI) sendiri memproyeksikan NPL gross perbankan nasional bakal menyentuh angka 5% di akhir tahun 2009.

Proyeksi tersebut diperkirakan juga bakal mempengaruhi kinerja bank-bank BUMN. "Kinerja BUMN perbankan juga akan tertekan akibat meningkatnya kredit bermasalah atau (NPL)," ujar Sunarsip.

Menurut Sunarsip, hal tersebut bakal ikut mengambil andil dalam tidak tercapainya target laba bersih BUMN di 2009. Tentunya, lanjut Sunarsip, faktor-faktor lainnya juga menjadi penyebab anjloknya laba bersih BUMN tahun ini.

"Laba bersih tahun 2009 diperkirakan mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2008," ujarnya.

Ia mengatakan, faktor utamanya disebabkan karena perolehan laba bersih PT.Pertamina yang diperkirakan akan mengalami penurunan hingga Rp 10 triliun dari Rp 29 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 19 triliun pada akhir tahun 2009 ini.

"Hal tersebut dikarenakan asumsi tahun 2009, kurs per satu dollar akan mencapai Rp 11.000 dengan margin alpha 13,4 persen dan harga ICP hanya akan mencapai US$ 45 per barrel dan hal tersebut akan menurunkan revenue Pertamina," ujarnya.

Harga komoditas sektor energi, pertambangan dan perkebunan diperkirakan akan sedikit mengalami kenaikan. Namun Sunarsip berpendapat bahwa kenaikan tersebut masih jauh dari rata-rata harga pada tahun 2008.

"Sehingga kinerja BUMN yang bergerak di sektor-sektor tersebut akan mengalami tekanan," tuturnya.

Nilai tukar Rupiah, lanjut Sunarsip, dan kinerja pasar keuangan yang masih belum stabil juga berpotemsi akan menekan kinerja BUMN yang memiliki eksposure di valuta asing dan investasi di pasar keuangan.

Dalam perkembangan kinerja BUMN tahun 2008, lebih lanjut Sunarsip mengatakan bahwa BUMN memang mengalami tren peningkatan, namun dengan tingkat pertumbuhan yang melambat, target laba BUMN tidak mencapai sasaran sebesar Rp 81,2 triliun.

"Seiring melemahnya ekonomi tahun 2009, kinerja BUMN akan mengalami pertumbuhan negatif sekitar 5,34% dibandingkan dengan capaian tahun 2008," pungkasnya.

Sumber: www.detikfinance.com 10/5/2009

0 comments:


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Architecture. Powered by Blogger