Bank Indonesia (BI) masih bisa menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 bps pada bulan Juli 2009 nanti.
Hal ini disampaikan oleh para ahli ekonomi Citi Group dalam ‘Emerging Markets Macro and Strategy Outlook: Are Petrodollars Coming Back? ' yang dikutip detikFinance , Sabtu (27/6/2009).
Dalam tulisan itu dikatakan BI Rate masih bisa turun 25 bps menjadi 6,75% melihat laju inflasi di 2009 yang masih rendah, namun risiko kenaikan ekspektasi inflasi tahun depan semakin tinggi akibat kewaspadaan kenaikan harga nminyak dunia yang cukup tajam yang akan mengakibatkan membengkaknya subsidi BBM.
Meski begitu, Citi melihat perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan permintaan domestik yang berlanjut pada kuartal II-2009, dan ekspor juga menunjukkan sedikit kenaikan.
Citi pun menaikkan proyeksi atas surplus neraca perdagangan Indonesia dengan melihat neraca perdagangan yang menunjukkan kenaikan yang berlanjut, ini akan membantu menopang volatilitas keluar masuknya arus modal.
Sementara itu, profil kredit Indonesia juga cenderung membaik dilihat dari posisi utang yang relatif rendah dan cadangan devisa yang terus menerus meningkat. Diharapkan tahun depan peringkat utang Indonesia akan terus meningkat.
Dua isu kunci yang perlu dicermati pada perekonomian Indonesia adalah penerbitan Samurai Bond dalam waktu dekat (yang kemungkinan sebesar US$ 1 juta miliar), dan pemilihan presiden dimana Presiden SBY kemungkinan terpilih kembali.
Strategi, risiko nilai tukar rupiah merupakan sesuatu yang sudah diprediksi sebelumnya sejalan posisinya yang semakin crowded .
Citi melihat ini sebagai kesempatan untuk memburu lagi instrumen obligasi rupiah jangka panjang, khususnya obligasi dengan tenor 5 tahun dan kisaran yield 10,5%. Diharapkan premium CDS (Credit Default Swap ) 5 tahun Indonesia dengan Filipina akan berkisar di angka tersebut (10,5%).
Sumber: www.detikfinance.com 27/06/2009
Hal ini disampaikan oleh para ahli ekonomi Citi Group dalam ‘Emerging Markets Macro and Strategy Outlook: Are Petrodollars Coming Back? ' yang dikutip detikFinance , Sabtu (27/6/2009).
Dalam tulisan itu dikatakan BI Rate masih bisa turun 25 bps menjadi 6,75% melihat laju inflasi di 2009 yang masih rendah, namun risiko kenaikan ekspektasi inflasi tahun depan semakin tinggi akibat kewaspadaan kenaikan harga nminyak dunia yang cukup tajam yang akan mengakibatkan membengkaknya subsidi BBM.
Meski begitu, Citi melihat perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan permintaan domestik yang berlanjut pada kuartal II-2009, dan ekspor juga menunjukkan sedikit kenaikan.
Citi pun menaikkan proyeksi atas surplus neraca perdagangan Indonesia dengan melihat neraca perdagangan yang menunjukkan kenaikan yang berlanjut, ini akan membantu menopang volatilitas keluar masuknya arus modal.
Sementara itu, profil kredit Indonesia juga cenderung membaik dilihat dari posisi utang yang relatif rendah dan cadangan devisa yang terus menerus meningkat. Diharapkan tahun depan peringkat utang Indonesia akan terus meningkat.
Dua isu kunci yang perlu dicermati pada perekonomian Indonesia adalah penerbitan Samurai Bond dalam waktu dekat (yang kemungkinan sebesar US$ 1 juta miliar), dan pemilihan presiden dimana Presiden SBY kemungkinan terpilih kembali.
Strategi, risiko nilai tukar rupiah merupakan sesuatu yang sudah diprediksi sebelumnya sejalan posisinya yang semakin crowded .
Citi melihat ini sebagai kesempatan untuk memburu lagi instrumen obligasi rupiah jangka panjang, khususnya obligasi dengan tenor 5 tahun dan kisaran yield 10,5%. Diharapkan premium CDS (Credit Default Swap ) 5 tahun Indonesia dengan Filipina akan berkisar di angka tersebut (10,5%).
Sumber: www.detikfinance.com 27/06/2009